Tag Archives: Nahwu

Kisah Perdebatan Imam Sibawaih dan Imam Kholil

Diantara hikayat antara Imam Kholil dan Imam Sibawaih adalah ketika kedua orang guru dan murid tersebut berdebat mengenai a’rifu al-maa’rif atau diantara 6 isim ma’rifah, isim ma’rifah mana yang dianggap paling ma’rifah. Cerita lengkapnya seperti dibawah ini :

Sebagaimana biasa, pada tiap harinya Imam Sibawaihi selalu belajar dengan gurunya yakni Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Kebetulan pada hari itu objek kajian mereka berkenaan dengan isim-isim ma’rifah. Setelah mendengar keterangan dari gurunya yang menjelaskan bahwa isim ma’rifah yang paling ma’rifah itu adalah isim dhomir, muncullah suatu keraguan dihati Imam Sibawaihi. Dia bertanya-tanya dalam hati sembari merenungkan kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh gurunya itu. Pas pada waktu gurunya diam, Sibawaihpun angkat bicara seraya berkata “setelah mendengarkan keterangan guru, saya agak ragu apakah benar isim yang paling ma’rifah itu adalah isimdhomir..?”,

Mendengar pertanyaan skeptis darimuridnya itu Imam Khalil mengeluarkan seluruh dalil-dalil dan keterangan-keterangan untuk menjelaskan dan menguatkan pendapatnya. Namun setelah dijelaskan beberapa kali, tetap saja Imam Sibawaihi meragukannya dan malahan menyanggah apa yang disampaikan oleh gurunya itu. Dengan tanpa mengurangi rasa hormatnya terhadap sang guru, Sibawaihi mencoba menyampaikan pendapatnya dengan tenangdan argumentatif. Sibawaihi lebih setuju kalau isim yang paling ma’rifah diantara asmaaul ma’rifah itu adalah isim alam.

Akan tetapi gurunya tidak terima dengan pendapat yang barusan dia utarakan dan bersikukuhn dengan pendapatnya. Tapi Sibawaihi adalah seorang yang sangat jenius, dia membuktikan sendiri kebenaran pendapatnya itu dengan pendekatan empiris. Suatu malam, dia sengaja berkunjung ke rumah gurunya itu. Setelah berada didepan pintu rumah gurunya, Sibawaihi tidak langsung masuk dan menemui Imam Khalil sebagaimana biasanya. Akan tetapi dia mengetok-ngetok pintu rumah gurunya itu beberapa kali dengan harapan beliau akan bertanya siapa sebenarnya yang datang. Setelah beberapa kali diketuk, ternyata gurunya itu belum juga muncul dan bertanya.

Kemudian untuk kesekian kalinya kembali ia mengetuk pintu sampai terdengar daridalam rumah suara Imam Khalil yang bertanya “siapa..?”.

Mendengar suaru tersebut, bukan main senangnya hari Imam Sibawaihi, karena memang pertanyaan itulah yang ia harapkan terlontar dari mulut Imam Khalil. Dengan segera dia menjawab “ana”. Karena merasa belum jelas.

Imam Khalil kembali bertanya “ana siapa.?”

Kemudian dijawab lagi oleh Imam Sibawaih “ana”.

Mendengar jawaban tersebut Imam Khalil merasa penasaran, siapa sebenarnya orang yang menjawab saya itu. Saking penasarannya, beliau langsung berjalan ke depan pintu dan langsung membukanya. Pada saat pintuterbuka, ternyata orangyang menjawab ana itu tak lain dan tak bukan adalah Sibawaihi murid kesayangan beliau sendiri.

Pada saat yang bersamaan Sibawaihpun tersenyummelihat gurunya yang tengahberdiri didepan pintu sembari berkata, “Bagaimana guru, apakah engkau hingga saatini masih bersekukuhmengatakan Isim dhomirsebagai isim yang palingma’rifah? Bukankah ketika saya datang kemudian anda bertanya siapakepada saya,terus saya jawab “ana” (isim dhomir) belum memberikan pengertian yang jelas terhadap Anda? Belum cukupkah bukti itu menunjukkan bahwa Isim Alam lebih ma’rifah daripada’isim dhomir?”

Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan dari muridnya itu, Imam Khalil diam membisu dan tidak bisa berkata apa- apa lagi. Dia telah dikalahkan oleh muridnya sendiri, yaitu Sibawaihi.

Kisah Imam Sibawaih

As-sibawaih yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya. Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona. Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur.  Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya :
“Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi ?”
“Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak.
“Bukan itu!” kata Malaikat.
“Apakah karena karangan-karangan saya?”
“Bukan!”
”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat.
Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya.
“Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan. ( Ulama’ nahwu yang lain berpendapat bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah isim dhomir )